Oleh: Hidayatush Sholihin
Editor: Sondy Rizqi M
Foto: Pakan Pelet Ikan, Makua ID
Tidak seperti pakan hewan ternak ruminansia pada umumnya, budidaya ikan mengharuskan pembudidaya membeli pakan untuk kebutuhan produksinya. Kegiatan mencari rumput seperti pada ternak, kecil kemungkinannya dilakukan pada konteks budidaya ikan. Artinya pakan tidak bisa sewaktu-waktu diambil begitu saja dari alam untuk membesarkan ikan. Selama lebih dari puluhan tahun, pakan ikan diproduksi oleh pabrik pakan yang tidak hanya memproduksi pakan ikan saja. Akhirnya, sebagian besar pembudidaya ikan bergantung pada pabrik pakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan.
Ketergantungan ini menimbulkan dampak yang semakin terlihat nyata. Seperti dalam hal apapun, ketergantungan akan selalu menimbulkan permasalahan jika patokan yang digantungkan selama ini mengalami fluktuasi kenaikan harga. Dalam konteks pakan ikan, pembudidaya ikan seringkali kesulitan mengendalikan naiknya harga pakan. Jika harga naik, maka tidak ada alternatif yang bisa dilakukan oleh pembudidaya ikan misalnya daya datawar untuk menurunkan harga. Tentu, pilihan yang dapat dilakukan oleh pembudidaya adalah mencari cara-cara lain seperti menggunakan pakan alternatif.
Gerakan Pakan Mandiri
Melihat tren harga pakan yang terus meningkat hampir sekitar Rp.1000 per tahun, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2015 meluncurkan program gerakan pakan mandiri. Pada intinya program ini mendorong pembudidaya untuk mampu memproduksi pakan ikan secara mandiri dengan memanfaatkan bahan baku yang ada di sekitar. Program ini ditujukan bukan untuk individu, melainkan komunitas pembudidaya atau lebih dikenal kelompok pembudidaya ikan. Berkaca dari kondisi lapang, pelaksanaan program tersebut agaknya masih perlu dioptimalkan karena terdapat beberapa poin yang masih menjadi kendala dalam konteks peralihan dari penggunaan pakan pabrikan menuju produksi pakan mandiri. Selain itu, dapat dikatakan penerapan program pakan mandiri juga terbilang masih belum merata.
Selama puluhan tahun pembudidaya ikan membeli pakan siap pakai dari pabrik pakan. Hal tersebut tentu menyebabkan para pembudidaya merasa tidak perlu memiliki skill cara membuat pakan ikan. Meskipun demikian, membuat pakan tentu membutuhkan proses yang mana mereka belum tentu memiliki sumberdaya untuk melakukannya. Persoalan kemudian muncul, bagaimana memberikan pelatihan pembudidaya ikan untuk terampil dalam memproduksi pakan ikannya sendiri. Analogi yang sama mungkin seperti pengendara kendaraan bermotor yang selama ini tinggal membeli BBM, kemudian suatu hari harus memproduksi BBMnya sendiri. Tentu bukan hal yang mudah bukan?
Kendala Pakan Mandiri
Selanjutnya, untuk membuat pakan ikan diperlukan pengetahuan tentang formulasi pakan, yang menuntut pengetahuan tentang aspek bahan baku dan nutrisinya. Tidak sampai di situ, pakan juga perlu diuji kesesuaiannya dengan ikan yang akan dipelihara. Sayangnya, mayoritas pembudidaya ikan di Indonesia saat ini tidak memiliki latar belakang keilmuan perikanan yang memadai. Sehingga, pembudidaya ikan belum tentu memiliki pengetahuan dari segi biologi ikan dan aspek-aspek apa saja terkait bahan baku dan cara memformulasikan pakan ikan yang sesuai. Lebih lanjut tentang bahan baku. Mungkin inilah salah satu tujuan awal gerakan pakan mandiri yaitu untuk memanfaatkan bahan baku disekitar. Bahan baku pakan ikan dapat diperoleh di sekitar kita seperti dedak, limbah jagung, bungkil kedelai, bungkil sawit, tepung ikan dll. Sayangnya bahan baku tidak memiliki jaminan kualitas yang sama. Saat kita mendapat referensi kandungan bahan baku dari jurnal ilmiah misalnya, belum tentu bahan baku disekitar kita memiliki kualitas serupa. Akhirnya mau tidak mau, seluruh bahan baku ini harus diuji lab terlebih dahulu. Maka, sebenarnya yang diperlukan para pembudidaya adalah standarisasi bahan baku agar para pembudidaya bisa mendapatkan bahan baku yang sesuai dengan mudah dan ketersediannya yang kontinyu.
Dalam produksi pakan ikan tentu diperlukan peralatan atau mesin untuk mengolahnya. Pengoperasian mesin ini juga akan menjadi kendala jika tidak disertai dengan pendampingan yang benar. Beberapa pembudidaya menghentikan produksi pakan mandirinya karena kendala dalam mesin. Tentu hal ini menambah kompleksitas dalam proses pembuatan pakan. Saat kelompok pembudidaya ikan memutuskan untuk memproduksi pakan sendiri, maka satu hal wajib yang diperlukan adalah memiliki seorang mekanik mesin yang bisa diandalkan.
Foto: Ilustrasi Industri Pakan,
Permasalahan dalam hal pembuatan pakan mandiri jika dikecurutkan mengarah pada minimnya pengetahuan tentang cara-cara pembuatan pakan dan informasi terkait memformulasikan pakan dari berbagai bahan baku di sekitar. Dalam hal ini, tentunya kita berharap pemerintah akan terus mengoptimalkan program pelatihan dan juga pendampingan tentang cara-cara pembuatan pakan. Selain itu, pemerintah sebagai regulator juga didorong untuk menjadi mediator antara pembudidaya dengan industri pakan agar para stake holder ini dapat berjalan berdampingan dan saling memberikan keuntungan. Karena bagaimanapun, program pakan mandiri seharusnya tidak perlu dilakukan jika harga pakan komersil yang beredar bisa dikendalikan sehingga tidak menekan usaha budidaya.
Peran Industri Pakan
Jika memang harga pakan komersil yang masih sulit untuk bisa disesuaikan dengan kemampuan pembudidaya maka pilihannya adalah dengan terus menerapkan program pakan mandiri. Hal ini tentu tidak bermaksud untuk memastikan bahwa industri pakan tidak punya andil dalam usaha budidaya. Tentu saja, industri pakan selama ini juga turut berperan dalam perjalanan akuakultur Indonesia. Namun, yang menjadi prihatin kami yaitu harga pakan yang kian hari kian meningkat ini sebenarnya tidak hanya menyulitkan pembudidaya namun juga bisa menjadi bumerang bagi industri pakan itu sendiri suatu hari nanti. Budidaya ikan mau tidak mau akan terus membutuhkan pasokan pakan, sehingga bisa dianalogikan pakan adalah bahan bakar industri perikanan budidaya. Sehingga, jika semakin hari harga pakan naik sehingga pakan tidak terbeli maka industri pakan akan kehilangan pasarnya dan pembudidaya kehilangan matapencahariannya.
Harapan
Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah terhadap upaya peningkatan produksi perikanan budidaya atau akuakultur, tentu permasalahan dalam hal pakan ini harus mendapat perhatian serius. Sebagaimana kita ketahui, dalam produksi budidaya ikan, 50 hingga 70% biaya produksi dialokasikan untuk kebutuhan pakan. Maka seharusnya hal tersebut bisa menjadi pertimbangan bagi para pihak yang memegang kendali regulasi dan pihak industri pakan untuk memberikan alternatif jalan keluar yang sedapatmungkin menguntungkan semua pihak demi memuluskan kegiatan usaha budidaya ikan di Indonesia.
Tidak ada komentar